Read more: Cara Membuat Text Berjalan Di TAB Browser - wIzYuLoVeRz http://wizyuloverz.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-text-berjalan-di-tab.html#ixzz25ytGRM79 Please Attach Sources After Copying Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

Sunday, November 4, 2012

Pejabat di Kab Wajo, Sulsel, Terdeteksi HIV/AIDS



Ketika kasus HIV/AIDS terdeteksi di kalangan pekerja seks komersial (PSK) dan pelanggan PSK yang kemudian pada ibu-ibu rumah tangga perhatian pemerintah tetap saja rendah. Kini, kita tunggu reaksi pemerintah karena dikabarkan seorang pejabat kabupaten di Kab Wajo, Prov Sulawesi Selatan (Sulsel), terdeteksi HIV/AIDS (Pejabat di Wajo Positif HIV-AIDStribunnews.com, 16/9-2011).
Bahkan, dikabarkan istri pejabat itu juga terdeteksi HIV. Disebutkan: “Identitas pejabat tersebut dirahasikan dengan alasan kemanuasiaan.”
Pernyataan di atas tidak akurat karena dalam dunia kedokteran identitas pasien berupa nama, jenis penyakit dan tindakan medis yang disebut catatan medis merupakan rahasia jabatan dokter. Pembeberan catatan medis hanya boleh dilakukan dengan izin pasien, bisa tanpa izin jika penyakitnya merupakan wabah, dan atas perintah hakim melalui sidang pengadilan.
Menurut  Zulkifli Amin, aktivis penanggulangan HIV/AIDS di Makassar, pejabat tersebut menderita sakit sejak tiga bulan lalu. Disebutkan karena kesehatannya terganggu pejabat tersebut dan istrinya harus bolak-balik ke Makassar untuk memeriksakan diri.
Sayang, wartawan tidak bertanya apa penyakit yang diderita pejabat itu dan istrinya. Soalnya, tidak ada keluhan kesehatan yang terkait langsung dengan HIV/AIDS. Jika, pejabat itu terpaksa berobat ke Makassar tentulah sudah masuk masa AIDS yaitu suatu kondisi ketika sudah tertular HIV antara 5-15 tahun. Pada masa AIDS mulai muncul penyakit, disebut infeksi oportunistik, seperti diare, jamur, sariawan, TB, dll. yang pada orang yang tidak mengidap HIV mudah disembuhkan.
Ketika penulis mengasuh rubrik ”Konsultasi HIV/AIDS” di Harian ”Pare Pos”, Pare-pare, Sulsel, ada surat dari seorang pejabat di tingkat kabupaten. Dalam suratnya pejabat tadi bertanya apakah dia berisiko tertular HIV karena dia melakukan hubungan seksual bukan dengan pekerja seks komersial (PSK). Rupanya, pejabat itu selalu ’disodori’ cewek kalau tugas ke Surabaya atau Jakarta. ”Ceweknya cantik. Mulus. Berpendidikan.” Itulah gambaran cewek yang ’dipakai’ pejabat tadi jika bertugas ke P. Jawa.
Tapi, pejabat itu lupa kalau sebelum dia ’pakai’ cewek tadi juga meladeani laki-laki yang berganti-ganti. Cewek itu disebut sebagai PSK tidak langsung. Artinya, dia bukan PSK yang mangkal di jalanan, lokasi pelacuran atau tempat-tempat hiburan malam. Tapi, tetap orang yang berisiko tinggi tertular HIV karena melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti.
Di Sulsel sendiri dikabarkan penyebaran HIV didorong oleh PSK tidak langsung, seperti cewek-cewek pengguna narkoba (Lihat:http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/18/aids-di-sulawesi-selatan-didorong-psk-tidak-langsung/).
Begitu pula dengan di Denpasar, Bali, PSK tidak langsung juga punya andil besar dalam penyebaran HIV (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/26/andil-psk-tidak-langsung-dalam-penyebaran-hiv-di-denpasar/).
Kasus pejabat di Wajo itu menjadi gambaran betapa banyak laki-laki yang tidak menyadari perilaku seksual mereka berisiko tertular HIV.
Maka, bagi laki-laki yang pernah melakukan perilaku di bawah ini sudah saatnya untuk tes HIV agar diketahui status HIV-nya. Jika status HIV diketahui maka bisa dilakukan tindakan medis agar ybs. tetap bisa produktif.
Laki-laki yang dianjurkan tes HIV adalah:
(a). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di wilayah sendiri atau di luar wilayah.
(b). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di jalanan, cafe, pub, tempat hiburan, panti pijat, lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang) dan PSK tidak langsung (’anak sekolah’, ’mahasiswi’, ’cewek SPG’, ’cewek cafe’, ’cewek pub’, ’cewek panti pijat’, ’ibu-ibu rumah tangga’, ’ABG’, ’pelacur kelas tinggi’, ’call girl’, dll.), serta perempuan pelaku kawin-cerai di wilayah sendiri atau di luar wilayah.
Kian banyak kasus HIV terdeteksi, maka makin banyak pula mata rantai penyebaran HIV yang diputus. ***[Syaiful W. Harahap]***

0 comments:

Post a Comment