Read more: Cara Membuat Text Berjalan Di TAB Browser - wIzYuLoVeRz http://wizyuloverz.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-text-berjalan-di-tab.html#ixzz25ytGRM79 Please Attach Sources After Copying Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

Tuesday, October 16, 2012

Hakikat pelajar yang turun gunung


Oleh-oleh bertemu dengan kawan-kawan pelajar Indonesia , selalu saja membawa pemahaman baru. Mereka yang datang dari berbagai lingkungan, dari berbagai disiplin keilmuan, dari berbagai negara tujuan yang berbeda, yang berusaha mencoba menjelaskan dunianya dalam waktu 10 menit dihadapan kami semua dan para juri yang teliti sangat dalam menilai kinerja presentasi dan makalah mereka.

Sebut saja mas Awang dari belanda yang berbicara tentang cabe yang telah menerbangkannya jauh dari tanah air. sebut juga mas Dimas yang walaupun masih s-1 telah berani mengemukakan salah satu solusinya dengan semangat yang berapi2. Sebut juga mbak Ester yang berbicara tentang penanganan kekerasan dalam rumah tangga yang ternyata terminologinya pun belum selesai dirumuskan dalam ranah hukum, dan begitu juga 17 orang lainnya yang terpilih jadi finalis OKTI PPI Perancis 2011, sebuah program temu muka para pelajar indonesia di seluruh dunia dalam mencari solusi untuk Indonesia.
Betul-betul acara yang sangat bermanfaat bagiku yang datang untuk cari inspirasi gaya presentasi dari kawan2 dalam mempersiapkan sidang doktoralku yang sebentar lagi datang menjelang.
Sesungguhnya kami-kami ini adalah pemuda-pemuda yang terpilih untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta teknologi modern untuk kemudian kembali ke Indonesia memberikan solusi bagi masyarakat kita tercinta. Sebagian besar dari kami bahkan dibiayai oleh uang rakyat yang dikelola pemerintah dan sudah sepantasnya kelak kita kembali ke tanah air memberi sumbangsih bagi saudara-saudara kita yang telah membiayai kita tersebut.
Aku terus terang tersentak saat membaca artikel tentang gaji seorang peneliti utama lulusan luar negeri di badan penelitian indonesia tidak ada bedanya dengan gaji entry level pegawai bank dan dia ‘mengeluhkannya’.
Terlepas dari pemerintah dan DPR-nya yang memang banyak berisi orang-orang pragmatis yang berfikir cuma sejauh periode pemilihan umum saja, saya ingin menggaris bawahi masalah ‘jeritan profesor tersebut’ yang beberapa tahun berselang adalah seperti kami-kami juga disini sekarang yang menuntut ilmu keluar dari Indonesia.
Dalam salah satu statemennya, maka karena ‘kedzaliman’ pemerintah itu, banyak peneliti handal lebih rela dibajak oleh negara lain dan mendapatkan kehidupan lebih layak di sana. Alasan lain untuk tidak kembali ke Indonesia adalah untuk pengembangan ilmunya yang selalu saja perlu teknologi yang di negara kita belum teralihkan. Sebab, pulang kampung cuma diberi meja kosong dengan komputer kuno dan koneksi internet yang lambat, yang sama sekali tidak sebanding dengan laptop-laptop dan gadget para birokrat dan DPR yang over dosis tidak sesuai peruntukan dengan harganya. Harusnya pemerintah mesti berhitung bahwa kaum pemerintah dan wakil rakyat sesungguhnya hanya perlu netbook 3 jutaan dibandingkan para peneliti yang perlu komputer yang lebih powerfull.
Aku yakin, kalau untuk beralasan kita tentu saja bisa mendapatkan seribu satu alasan.Yang jelas kita semua belajar jauh-jauh ke luar negeri bukan hanya untuk belajar menggunakan teknologi, tapi menguasai betul-betul apa yang ada dibalik itu semua. Sudah semestinya, sekecil apapun kesempatan di negeri kita ‘yang terbelakang’ harusnya kita bisa menemukan jalannya agar teknologi atau ilmu yang kita miliki bisa berkembang di Indonesia.
Hakikat seorang pelajar yang baru turun gunung bukan semestinya untuk mengharapkan karpet merah, fasilitas lengkap atau pun puja-puji dari orang-orang di kampung, tapi adalah menunjukkan kehandalan dirinya untuk bekerja lebih keras dari yang lain untuk menciptakan peningkatan kualitas masyarakat dengan ilmu yang sudah dimilikinya. Tidak usah pedulikan atau terlalu menunggu fasilitas2 dari pemerintah, toh kita sebetulnya bukan kerja untuk pemerintah manapun, kita bekerja untuk rakyat, untuk masyarakat dan untuk ummat. Iya betul kalau kita akhirnya menjadi mempermudah kerja pemerintah yang ongkosnya sudah dibayar mahal oleh rakyat itu, karena tentu saja kita sudah punya keunggulan ilmu lebih dari mereka yang hanya jago beretorika sampai berbusa-busa di sinetron berita di TV-TV yang selalu bikin pusing kepala.
Seorang pelajar yang baru turun gunung hakikatnya adalah pekerja bukan pembicara saja. Keadilan Allah untuk orang berilmu akan mengalahkan semua balasan-balasan materi yang dianggap hebat para koruptor Hambalang dan proyek-proyek siluman.
Seorang pelajar yang baru turun gunung hakikatnya akan menghasilkan karya besar yang dapat menaikkan taraf kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
Seorang pelajar yang baru turun gunung hakikatnya tidak perlu tergantung oleh janji-janji pemerintah atau pun ketiadaan fasilitas sehingga menghambat semua pekerjaannya, justru dia harus bisa menciptakan suatu alat tepat guna untuk menunjang pekerjaan dan risetnya.
Seorang pelajar yang baru turun gunung hakikatnya punya semangat membaja, menghancurkan paradigma-paradigma negatif di negerinya untuk digantikan dengan semangat mencipta dan memperbaiki keadaan ummatnya.
Seorang pelajar yang baru turun gunung hakikatnya adalah guru-guru yang mampu mendidik secara lengkap masyarakat dan ummatnya, sehingga kualitas hidupnya menjadi semakin meningkat.
Begitulah, sahabat. Semoga ini menjadi pelecut kita sebagai anak-anak tanah air untuk membangun masyarakat dan ummat dengan segenap jiwa raga kita. Menjadi pemimpin-pemimpin masa depan dengan ilmu di genggaman, sehingga tidak akan terbantahkan oleh analisis-analisis ngawur dari para LSM-LSM pembawa berita bohong yang merusak nama bangsa sendiri di kancah internasional karena kebodohannya.

Sumber Tuansufi

0 comments:

Post a Comment